Ketahanan pangan merupakan salah satu program prioritas pemerintah Indonesia. Dengan lebih dari 50% protein hewani yang dikonsumsi masyarakat Indonesia berasal dari ikan, peran sektor perikanan menjadi krusial dalam agenda pembangunan nasional. Namun, belum ada informasi cukup untuk memahami pola konsumsi ikan di tingkat lokal dan nasional, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengetahuan ini sangat penting untuk merancang intervensi ketahanan pangan yang efektif dan tepat sasaran.
Pada tahun 2022, Maluku Utara tercatat sebagai provinsi penghasil kakap kerapu terbesar kedua di Indonesia, menyumbang sekitar 9% dari total produksi nasional. Selain itu, komitmen pemerintah daerah dalam pengelolaan perikanan, yang ditunjukkan melalui Peraturan Gubernur tahun 2021 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Kakap Kerapu, menjadikan provinsi ini mitra ideal untuk mengembangkan model ketahanan pangan biru yang efektif dan berkelanjutan.
Program kami di Maluku Utara dimulai dengan survei komprehensif untuk mengidentifikasi potensi pangan laut, menganalisis kerentanan berbagai jenis ikan terhadap perubahan iklim, serta ancaman dari aktivitas manusia.
Fokus utama kami adalah meningkatkan pengelolaan perikanan berkelanjutan dan tahan iklim di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 712 dan 715, dengan menerapkan pendekatan berbasis sains dan partisipatif. Melalui inisiatif ini, EDF berkomitmen membangun model ketahanan pangan biru yang kuat di Maluku Utara, yang nantinya dapat diadaptasi dan diterapkan di berbagai wilayah Indonesia lainnya.